Makalah,
“PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK”
OLEH
SARIFUDIN
HAZRIN HIOLA
621412063
KELOMPOK
I
KELAS
C
Add caption |
JURUSAN
PETERNAKAN
FAKULTAS
ILMU-ILMU PERTANIAN
UNIVERSITAS
NEGERI GORONTALO
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas
makalah tentang “Pemanfaatan Limbah
Ternak”
Disusun
oleh
Nama : Sarifudin Hazrin Hiola
NIM : 621412063
Kelas : C Peternakan
Sebagai
persyaratan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Pengolahan Limbah Ternak”
Dosen
Pengajar,
Ir. Hj. Fahria Datau, M.Si
KATA PENGANTAR
Puji dan
syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat
taufik dan hidayah-Nya sehingga Makalah
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Adapun Judul dari makalah ini “Pemanfaatan
Limbah Ternak”
Penulis
menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, itu dikarenakan
kemampuan penulis yang terbatas. Namun berkat bantuan serta bimbingan dari
dosen mata kuliah Pengolahan Limbah Ternak, serta bantuan berbagai pihak, maka
akhirnya penyusunan laporan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis
berharap dengan penyusunan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
sendiri dan bagi para pembaca umumnya serta semoga dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa yang akan
datang.
Gorontalo, Maret 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2.
Rumusan Masalah............................................................................. 1
1.3.
Tujuan............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pemanfaatan untuk pakan dan media cacing tanah............................ 2
2.2 Pemanfaatan sebagai pupuk organik.................................................. 2
2.3 Pemanfaatan untuk gasbio.................................................................. 4
2.4 Pemanfaatan lainnya........................................................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 9
3.2 Saran.................................................................................................. 9
Daftar Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selama ini banyak keluhan masyarakat akan dampak buruk dari
kegiatan usaha peternakan karena sebagian besar peternak mengabaikan penanganan
limbah dari usahanya, bahkan ada yang membuang limbah usahanya ke sungai,
sehingga terjadi pencemaran lingkungan. Limbah peternakan yang dihasilkan oleh
aktivitas peternakan seperti feces, urin, sisa pakan, serta air dari
pembersihan ternak dan kandang menimbulkan pencemaran yang memicu protes dari
warga sekitar. Baik berupa bau tidak enak yang menyengat, sampai keluhan
gatal-gatal ketika mandi di sungai yang tercemar limbah peternakan.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka upaya mengatasi limbah ternak
yang selama ini dianggap mengganggu karena menjadi sumber pencemaran lingkungan
perlu ditangani dengan cara yang tepat sehingga dapat memberi manfaat lain
berupa keuntungan ekonomis dari penanganan tersebut. Penanganan limbah ini
diperlukan bukan saja karena tuntutan akan lingkungan yang nyaman tetapi juga
karena pengembangan peternakan mutlak memperhatikan kualitas lingkungan,
sehingga keberadaannya tidak menjadi masalah bagi masyarakat di sekitarnya.
1.2 Rumusan Masalah
Menangani pencemaran limbah yang
dihasilkan dari kegiatan peternakan dan usaha peternakan dapat dilakuakan
dengan memanfaatkan limbah.
1.3 Tujuan
Mengetahui
berbagai pemanfaatan limbah dari kegiatan usaha peternakan.
BAB II
PEMBAHASAN
Limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kebutuhan, apalagi limbah tersebut dapat diperbaharui (renewable) selama ada
ternak. Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial
untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti
protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba
atau biota, dan zat-zat yang lain (unidentified subtances). Limbah ternak dapat
dimanfaatkan untuk bahan makanan ternak, pupuk organik, energi dan media
pelbagai tujuan (Sihombing, 2002).
2.1
Pemanfaatan
Untuk Pakan dan Media Cacing Tanah
Sebagai pakan ternak, limbah ternak kaya akan nutrien seperti
protein, lemak BETN, vitamin, mineral, mikroba dan zat lainnya. Ternak
membutuhkan sekitar 46 zat makanan esensial agar dapat hidup sehat. Limbah
feses mengandung 77 zat atau senyawa, namun didalamnya terdapat senyawa toksik
untuk ternak. Untuk itu pemanfaatan limbah ternak sebagai makanan ternak
memerlukan pengolahan lebih lanjut. Tinja ruminansia juga telah banyak diteliti
sebagai bahan pakan termasuk penelitian limbah ternak yang difermentasi secara
anaerob.
Penggunaan feses sapi untuk media hidupnya cacing tanah,
telah diteliti menghasilkan biomassa tertinggi dibandingkan campuran feces yang
ditambah bahan organik lain, seperti feses 50% + jerami padi 50%, feses 50% +
limbah organik pasar 50%, maupun feses 50% + isi rumen 50% (Farida, 2000).
2.2
Pemanfaatan
Sebagai Pupuk Organik
Pemanfaatan limbah usaha peternakan terutama kotoran ternak
sebagai pupuk organik dapat dilakukan melalui pemanfaatan kotoran tersebut
sebagai pupuk organik.
Pemanfaatan limbah usaha peternakan terutama kotoran ternak
sebagai pupuk organik dapat dilakukan melalui pemanfaatan kotoran tersebut
sebagai pupuk organik. Penggunaan pupuk kandang (manure) selain dapat
meningkatkan unsur hara pada tanah juga dapat meningkatkan aktivitas
mikrobiologi tanah dan memperbaiki struktur tanah tersebut.
Kandungan Nitrogen, Posphat, dan
Kalium sebagai unsur makro yang diperlukan tanaman, tersaji dalam tabel
berikut.
Kadar N, P dan K dalam Pupuk Kandang dari Beberapa Jenis Ternak.
Jenis Pupuk Kandang
|
Kandungan (%)
|
|||
N
|
P2O5
|
K2O
|
||
Kotoran
Sapi
Kotoran
Kuda
Kotoran
Kambing
Kotoran
Ayam
Kotoran
Itik
|
0.6
0.4
0.5
1.6
1.0
|
0.3
0.3
0.3
0.5
1.4
|
0.1
0.3
0.2
0.2
0.6
|
|
Sumber : Nurhasanah, Widodo,
Asari, dan Rahmarestia, 2013
Kotoran ternak dapat juga dicampur dengan bahan organik lain
untuk mempercepat proses pengomposan serta untuk meningkatkan kualitas kompos
tersebut .
Manfaat penggunaan kompos terhadap
tanah menambah kesuburan tanah,memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah
dan gembur, memperbaiki sifat kimiawi tanah sehingga unsur hara yang tersedia
dalam tanah lebih mudah diserap oleh tanaman, memperbaiki tata air dan udara di
dalam tanah sehingga suhu tanah akan lebih stabil, mempertinggi daya ikat tanah
terhadap zat hara sehingga tidak mudah larut oleh air hujan atau air pengairan
dan memperbaikikehidupan jasat renik yang hidup di dalam tanah
Prinsip yang digunakan dalam
pembuatan kompos adalah proses dekomposisi atau penguraian yang merubah limbah
organik menjadi pupuk organik melalui aktifitasbiologis pada kondisi yang
terkontrol.
Dekomposisi pada prinsipnya adalah
menurunkan karbon dan nitrogen (C/N) ratio dari limbah organiksehingga pupuk
organik dapat segera dimanfaatkan oleh tanaman. Pada proses dekomposisi akan
terjadi peningkatan temperatur yang dapat berfungsi untuk membunuh biji tanaman
liar (gulma), bakteri-bakteri patogen dan membentuk suatu produk perombakan
yang seragam berupa pupuk organik.
Beberapa unsur penting yang
diperlukan agar proses penguraian dapat berjalan dengan baik yaitu;
1) Karbon (C) sebagai sumber energi
bagi mikroba pengurai dan. akan diurai melalui proses oksidasi yang menghasilkan
panas;
2) Nitrogen (N) sebagai sumber protein bagi
bakteri untuk bertumbuh dan memperbanyak diri;
3) Oksigen (O) sebagai bahan untuk
mengoksidasi unsur karbon melalui proses dekomposisi dan air (H2O) untuk
menjamin proses dekomposisi berlangsung baik dan tidak menyebabkaN suasana
anaerob.
Contoh gambar pengolahan limbah
menjadi pupuk organik
2.3
Pemanfaatan
Untuk Gasbio
Gasbio adalah campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar
gas yang merupakan hasil fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob,
dan gas yang dominan adalah gas metan (CH4) dan gas karbondioksida (CO2)
(Simamora, 1989). Gasbio memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu kisaran
4800-6700 kkal/m3, untuk gas metan murni (100 %) mempunyai nilai kalor 8900
kkal/m3. Produksi gasbio sebanyak 1275-4318 I dapat digunakan untuk memasak,
penerangan, menyeterika dan mejalankan lemari es untuk keluarga yang berjumlah
lima orang per hari.
Pembentukan gasbio dilakukan oleh mikroba pada situasi
anaerob, yang meliputi tiga tahap, yaitu tahap hidrolisis, tahap pengasaman,
dan tahap metanogenik. Pada tahap hidrolisis terjadi pelarutan bahan-bahan
organik mudah larut dan pencernaan bahan organik yang komplek menjadi
sederhana, perubahan struktur bentuk primer menjadi bentuk monomer. Pada tahap
pengasaman komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahap
hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir
dari gula-gula sederhana pada tahap ini akan dihasilkan asam asetat, propionat,
format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan
amoniak.
Model pemroses gas bio yang banyak digunakan adalah model
yang dikenal sebagai fixed-dome. Model ini banyak digunakan karena usia
pakainya yang lama dan daya tampungnya yang cukup besar. Meskipun biaya pembuatannya
memerlukan biaya yang cukup besar.
Untuk mengatasi mahalnya pembangunan pemroses biogas dengan
model feixed-dome, tersebut sebuah perusahaan di Jawa Tengah bekerja sama
dengan Balai Pengkajian dan Penerapan Teknolgi Ungaran mengembangkan model yang
lebih kecil untuk 4-5 ekor ternak, yang siap pakai, dan lebih murah karena
berbahan plastic yang dipendam di dalam tanah.
Di perdesaan, gasbio dapat digunakan untuk keperluan
penerangan dan memasak sehingga dapat mengurangi ketergantungan kepada minyak
tanah ataupun listrik dan kayu bakar. Bahkan jika dimodifikasi dengan peralatan
yang memadai, biogas juga dapat untuk menggerakkan mesin.
Untuk memanfaatkan kotoran ternak
menjadi biogas, diperlukan beberapa syarat yang terkait dengan aspek teknis,
infrastruktur, manajemen dan sumber daya manusia.
Bila faktor tersebut dapat dipenuhi, maka pemanfaatan kotoran ternak menjadi
biogas sebagai penyedia energi di pedesaan dapat berjalan dengan
optimal.
Terdapat sepuluh faktor yang dapat
mempengaruhi optimasi pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas yaitu:
-
Ketersediaan ternak
Jenis, jumlah dan sebaran ternak di
suatu daerah dapat menjadi potensi bagi pengembangan biogas. Hal ini karena
biogas dijalankan dengan memanfaatkan kotoran
ternak. Untuk menjalankan biogas skala individual atau rumah tangga diperlukan
kotoran ternak dari 2 – 4 ekor sapi dewasa.
-
Kepemilikan ternak
Jumlah ternak yang dimiliki oleh
peternak menjadidasar pemilihan jenis dan kapasitas biogas yang dapat
digunakan. Bila ternak sapi dewasa yang dimiliki lebih dari 4 ekor , maka dapat dipilih biogas dengan kapasitas
yang lebih besar (berbahan fiber atau semen) atau beberapa biogas skala rumah
tangga.
-
Pola pemeliharaan ternak
Ketersediaan kotoran ternak perlu
dijaga agar biogas dapat berfungsi optimal. Kotoran ternak lebih mudah
didapatkan bila ternak dipelihara dengan cara dikandangkan
dibandingkan dengan cara digembalakan.
-
Ketersediaan lahan
Untuk membangun biogas diperlukan
lahan di sekitar kandang yang luasannya bergantung pada jenis dan kapasitas
biogas. Lahan yang dibutuhkan untuk membangun reaktor biogas skala terkecil
(skala rumah tangga) adalah 14 m2 (7m x 2m).
-
Tenaga kerja
Untuk mengoperasikan biogas
diperlukan tenaga kerja yang berasal dari peternak/pengelola itu sendiri. Hal
ini penting mengingat biogas dapat berfungsi optimal bila pengisian kotoran ke
dalam reaktor dilakukan dengan baik serta dilakukan perawatan peralatannya.
Banyak kasus mengenai tidak beroperasinya atau tidak optimalnya biogas
disebabkan karena: pertama, tidak adanya tenaga kerja yang menangani unit
tersebut; kedua,
peternak/pengelola tidak memiliki waktu untuk melakukan pengisian kotoran
karena memiliki pekerjaan lain selain memelihara ternak.
-
Manajemen limbah/kotoran
Manajemen limbah/kotoran terkait
dengan penentuan komposisi padat-cair kotoran ternak yang sesuai untuk
menghasilkan biogas, frekuensi pemasukan kotoran, dan pengangkutan atau
pengaliran kotoran ternak ke dalam reaktor. Bahan baku reaktor biogas adalah
kotoran ternak dan air dengan perbandingan 1:3. Frekuensi pemasukan kotoran
dilakukan setiap satu atau dua hari sekali. Pemasukan kotoran ini dapat
dilakukan dengan cara diangkut atau melalui saluran.
-
Kebutuhan
energi
Sumber energi dari biogas dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan jika ketersediaan sumber energi lain
terbatas. Bila sumber energi lain tersedia maka peternak dapat diarahkan untuk
mengolah kotoran ternaknya menjadi kompos.
-
Jarak
(antara kandang reaktor dan rumah)
Agar pemanfaatan energi biogas dapat
optimal sebaiknya antara kandang, reaktor dan rumah tidak telampau jauh.
-
Pengelolaan
hasil samping biogas
Pengelolaan hasil samping biogas
ditujukan untuk memanfaatkannya menjadi pupuk cair dan pupuk padat (kompos).
-
Sarana Pendukung
Sarana pendukung berupa peralatan
kerja digunakan untuk mempermudah/meringankan pekerjaan/perawatan instalasi
biogas. Selain sepuluh faktor di atas, kemauan peternak/pelaku untuk,
menjalankan instalasi biogas dan merawatnya serta memanfaatkan energi biogas
menjadi modal utama dalam pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas.
Gambar pengolahan limbah menjadi biogas
2.4
Pemanfaatan
Lainnya
Selain dimanfaatkan untuk pupuk, bahan pakan, atau gasbio,
kotoran ternak juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dengan mengubahnya
menjadi briket dan kemudian dijemur/dikeringkan. Briket ini telah dipraktekkan
di India dan dapat mengurangi kebutuhan akan kayu bakar.
Pemanfaatan lain adalah penggunaan urin dari ternak untuk
campuran dalam pembuatan pupuk cair maupun penggunaan lainnya.
a.
Pemanfaatan
pupuk kandang dari kotoran sapi
Pupuk kandang yang dimaksudkan
adalah kotoran ternak yang sudah terfermentasi dengan baik. Kotoran sapi perah
segar yang baru saja disiram dari kandang, masih harus diperam dulu hingga siap
untuk menyuburkan lahan pertanian. Kalau kotoran sapi yang baru saja diambil
dari kandang itu langsung diaplikasikan ke lahan, tanaman akan mati. Sebab N
dalam kotoran ternak tersebut masih sangat tinggi hingga akan melayukan
tanaman. Selain itu, kotoran tersebut dalam proses fermentasinya akan
mengeluarkan gas methan dan amonia yang juga bisa meracuni akar tanaman. Panas
dari proses fermentasi itu pun juga akan menimbulkan panas yang langsung
berdampak ke rusaknya parakaran.
Karenanya, kotoran sapi yang disiram dari kandang idealnya
ditampung terlebih dahulu dalam sebuah bak penampungan. Apabila bak tersebut
dibuat tertutup, maka gas methan (biogas) yang
dihasilkannya masih bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Namun dibanding
dengan nilai investasinya, nilai ekonomis dari gas tersebut relatif tidak
sebanding. Hingga bak penampungan tersebut bisa dibangun secara terbuka.
Untuk mempercepat proses fermentasi
serta guna menghindarkan polusi bau, maka ke dalam bak penampungan tersebut
perlu ditambahkan biang bakteri. Misalnya EM4 atau merk lain. Tanpa bantuan
bakteri, proses pemasakan pupuk akan berlangsung selama lebih dari sebulan
dengan polusi bau yang luarbiasa. Dengan bantuan bakteri, proses tersebut bisa
dipersingkat menjadi paling lama 1 minggu dan tanpa adanya polusi bau.
b.
Pemnafaatan
pupuk kandang dari kotoran ayam
Kotoran / Feses ayam,
merupakan salah satu hasil dari peternakan ayam yang terkadang masih
dikesampingkan, jika dicermati dan dimaknai bahwa sktor peternakan merupakan
mata rantai dari program integrited farming. Maka pemanfaatan limbah peternakan
seharusnya menjadi sorotan bagi para peternak untuk mewujudkan integrated
farming secara luas, selain itu pengolahan kotoran ayam untuk menjadi pupuk
kandang pun memiliki nilai ekonomis yang tidak dapat dipandang sebelah mata
melihat kebutuhan dari petani akan pupuk.
Umumnya pembuatan pupuk
kandang dilakukan dengan cara menyimpan atau menimbun kotoran hewan selama
selama sekitar 3 bulan. Namun pembuatan pupuk kandang ini sebenarnya dapat
dipercepat proses pengurainnya dengan penambahan bio-aktivator sebagai bahan
pemacu mikroorganisme.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Limbah
peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, karena limbah ternak
masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan.
Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan
ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan
zat-zat yang lain (unidentified subtances)
Pemanfatan
limbah ternak dapat mengurangi pencemaran yang diakibatklan oleh kegiatan usaha
peternakan.
Limbah
ternak dapat dimanfaatkan menjadi pakan atau media cacing tanah, pupuk organic,
gasbio, pupuk kandang dan pemanfaatn lainnya.
3.2
Saran
Mohon maaf apabila penyusunan makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan dalam penyusunan makalah-makalah selanjutnya.
Daftar Pustaka
http://Universitas
Abulyatama Aceh Pemanfaatan limbah
ternak ayam menjadi pupuk kandang.htm