Minggu, 26 April 2015

contoh makalah pemanfaatan limbah ternak



Makalah,


 “PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK”


OLEH

SARIFUDIN HAZRIN HIOLA
621412063
KELOMPOK I
KELAS C




Add caption


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS ILMU-ILMU PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2014





LEMBAR  PENGESAHAN

Tugas makalah  tentang “Pemanfaatan Limbah Ternak”

Disusun oleh
Nama   : Sarifudin Hazrin Hiola
NIM    : 621412063
Kelas   : C Peternakan

            Sebagai persyaratan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Pengolahan Limbah Ternak”


       Dosen Pengajar,


Ir. Hj. Fahria Datau, M.Si





KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat taufik  dan hidayah-Nya sehingga Makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Adapun Judul dari makalah ini “Pemanfaatan Limbah Ternak”
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, itu dikarenakan kemampuan penulis yang terbatas. Namun berkat bantuan serta bimbingan dari dosen mata kuliah Pengolahan Limbah Ternak, serta bantuan berbagai pihak, maka akhirnya penyusunan laporan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis berharap dengan penyusunan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca umumnya serta semoga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa yang akan datang.
                                                                                               

Gorontalo,  Maret  2014

        Penyusun







DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I  PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2.   Rumusan Masalah............................................................................. 1
1.3.   Tujuan............................................................................................... 1
BAB II  PEMBAHASAN
2.1  Pemanfaatan untuk pakan dan media cacing tanah............................ 2
2.2  Pemanfaatan sebagai pupuk organik.................................................. 2
2.3  Pemanfaatan untuk gasbio.................................................................. 4
2.4  Pemanfaatan lainnya........................................................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan........................................................................................ 9
3.2  Saran.................................................................................................. 9
Daftar Pustaka







BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Selama ini banyak keluhan masyarakat akan dampak buruk dari kegiatan usaha peternakan karena sebagian besar peternak mengabaikan penanganan limbah dari usahanya, bahkan ada yang membuang limbah usahanya ke sungai, sehingga terjadi pencemaran lingkungan. Limbah peternakan yang dihasilkan oleh aktivitas peternakan seperti feces, urin, sisa pakan, serta air dari pembersihan ternak dan kandang menimbulkan pencemaran yang memicu protes dari warga sekitar. Baik berupa bau tidak enak yang menyengat, sampai keluhan gatal-gatal ketika mandi di sungai yang tercemar limbah peternakan.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka upaya mengatasi limbah ternak yang selama ini dianggap mengganggu karena menjadi sumber pencemaran lingkungan perlu ditangani dengan cara yang tepat sehingga dapat memberi manfaat lain berupa keuntungan ekonomis dari penanganan tersebut. Penanganan limbah ini diperlukan bukan saja karena tuntutan akan lingkungan yang nyaman tetapi juga karena pengembangan peternakan mutlak memperhatikan kualitas lingkungan, sehingga keberadaannya tidak menjadi masalah bagi masyarakat di sekitarnya.
1.2  Rumusan Masalah
Menangani pencemaran limbah yang dihasilkan dari kegiatan peternakan dan usaha peternakan dapat dilakuakan dengan memanfaatkan limbah.
1.3  Tujuan
Mengetahui berbagai pemanfaatan limbah dari kegiatan usaha peternakan.








BAB II
PEMBAHASAN
Limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, apalagi limbah tersebut dapat diperbaharui (renewable) selama ada ternak. Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat yang lain (unidentified subtances). Limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan ternak, pupuk organik, energi dan media pelbagai tujuan (Sihombing, 2002).
2.1            Pemanfaatan Untuk Pakan dan Media Cacing Tanah
Sebagai pakan ternak, limbah ternak kaya akan nutrien seperti protein, lemak BETN, vitamin, mineral, mikroba dan zat lainnya. Ternak membutuhkan sekitar 46 zat makanan esensial agar dapat hidup sehat. Limbah feses mengandung 77 zat atau senyawa, namun didalamnya terdapat senyawa toksik untuk ternak. Untuk itu pemanfaatan limbah ternak sebagai makanan ternak memerlukan pengolahan lebih lanjut. Tinja ruminansia juga telah banyak diteliti sebagai bahan pakan termasuk penelitian limbah ternak yang difermentasi secara anaerob.
Penggunaan feses sapi untuk media hidupnya cacing tanah, telah diteliti menghasilkan biomassa tertinggi dibandingkan campuran feces yang ditambah bahan organik lain, seperti feses 50% + jerami padi 50%, feses 50% + limbah organik pasar 50%, maupun feses 50% + isi rumen 50% (Farida, 2000).
2.2            Pemanfaatan Sebagai Pupuk Organik
Pemanfaatan limbah usaha peternakan terutama kotoran ternak sebagai pupuk organik dapat dilakukan melalui pemanfaatan kotoran tersebut sebagai pupuk organik.
Pemanfaatan limbah usaha peternakan terutama kotoran ternak sebagai pupuk organik dapat dilakukan melalui pemanfaatan kotoran tersebut sebagai pupuk organik. Penggunaan pupuk kandang (manure) selain dapat meningkatkan unsur hara pada tanah juga dapat meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah dan memperbaiki struktur tanah tersebut.
        Kandungan Nitrogen, Posphat, dan Kalium sebagai unsur makro yang diperlukan tanaman, tersaji dalam tabel berikut. 

Kadar N, P dan K dalam Pupuk Kandang dari Beberapa Jenis Ternak
.

Jenis Pupuk Kandang
Kandungan (%)
N
P2O5
K2O
Kotoran Sapi
Kotoran Kuda
Kotoran Kambing
Kotoran Ayam
Kotoran Itik
0.6
0.4
0.5
1.6
1.0
0.3
0.3
0.3
0.5
1.4
0.1
0.3
0.2
0.2
0.6





Sumber : Nurhasanah, Widodo, Asari, dan Rahmarestia, 2013
Kotoran ternak dapat juga dicampur dengan bahan organik lain untuk mempercepat proses pengomposan serta untuk meningkatkan kualitas kompos tersebut .
Manfaat penggunaan kompos terhadap tanah menambah kesuburan tanah,memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah dan gembur, memperbaiki sifat kimiawi tanah sehingga unsur hara yang tersedia dalam tanah lebih mudah diserap oleh tanaman, memperbaiki tata air dan udara di dalam tanah sehingga suhu tanah akan lebih stabil, mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara sehingga tidak mudah larut oleh air hujan atau air pengairan dan memperbaikikehidupan jasat renik yang hidup di dalam tanah
Prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah proses dekomposisi atau penguraian yang merubah limbah organik menjadi pupuk organik melalui aktifitasbiologis pada kondisi yang terkontrol.
Dekomposisi pada prinsipnya adalah menurunkan karbon dan nitrogen (C/N) ratio dari limbah organiksehingga pupuk organik dapat segera dimanfaatkan oleh tanaman. Pada proses dekomposisi akan terjadi peningkatan temperatur yang dapat berfungsi untuk membunuh biji tanaman liar (gulma), bakteri-bakteri patogen dan membentuk suatu produk perombakan yang seragam berupa pupuk organik.
Beberapa unsur penting yang diperlukan agar proses penguraian dapat berjalan dengan baik yaitu;
1)      Karbon (C) sebagai sumber energi bagi mikroba pengurai dan. akan diurai melalui proses oksidasi yang menghasilkan panas;
2)       Nitrogen (N) sebagai sumber protein bagi bakteri untuk bertumbuh dan memperbanyak diri;
3)      Oksigen (O) sebagai bahan untuk mengoksidasi unsur karbon melalui proses dekomposisi dan air (H2O) untuk menjamin proses dekomposisi berlangsung baik dan tidak menyebabkaN suasana anaerob.

Contoh gambar pengolahan limbah menjadi pupuk organik
http://yogya.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/pupukorganik.jpg
2.3            Pemanfaatan Untuk Gasbio
Gasbio adalah campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar gas yang merupakan hasil fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob, dan gas yang dominan adalah gas metan (CH4) dan gas karbondioksida (CO2) (Simamora, 1989). Gasbio memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu kisaran 4800-6700 kkal/m3, untuk gas metan murni (100 %) mempunyai nilai kalor 8900 kkal/m3. Produksi gasbio sebanyak 1275-4318 I dapat digunakan untuk memasak, penerangan, menyeterika dan mejalankan lemari es untuk keluarga yang berjumlah lima orang per hari.
Pembentukan gasbio dilakukan oleh mikroba pada situasi anaerob, yang meliputi tiga tahap, yaitu tahap hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap metanogenik. Pada tahap hidrolisis terjadi pelarutan bahan-bahan organik mudah larut dan pencernaan bahan organik yang komplek menjadi sederhana, perubahan struktur bentuk primer menjadi bentuk monomer. Pada tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari gula-gula sederhana pada tahap ini akan dihasilkan asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan amoniak.
Model pemroses gas bio yang banyak digunakan adalah model yang dikenal sebagai fixed-dome. Model ini banyak digunakan karena usia pakainya yang lama dan daya tampungnya yang cukup besar. Meskipun biaya pembuatannya memerlukan biaya yang cukup besar.
Untuk mengatasi mahalnya pembangunan pemroses biogas dengan model feixed-dome, tersebut sebuah perusahaan di Jawa Tengah bekerja sama dengan Balai Pengkajian dan Penerapan Teknolgi Ungaran mengembangkan model yang lebih kecil untuk 4-5 ekor ternak, yang siap pakai, dan lebih murah karena berbahan plastic yang dipendam di dalam tanah.
Di perdesaan, gasbio dapat digunakan untuk keperluan penerangan dan memasak sehingga dapat mengurangi ketergantungan kepada minyak tanah ataupun listrik dan kayu bakar. Bahkan jika dimodifikasi dengan peralatan yang memadai, biogas juga dapat untuk menggerakkan mesin.
Untuk memanfaatkan kotoran ternak menjadi biogas, diperlukan beberapa syarat yang terkait dengan aspek teknis, infrastruktur, manajemen dan sumber daya manusia. Bila faktor tersebut dapat dipenuhi, maka pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas sebagai penyedia energi di pedesaan dapat berjalan dengan
optimal.
Terdapat sepuluh faktor yang dapat mempengaruhi optimasi pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas yaitu:
-          Ketersediaan ternak
Jenis, jumlah dan sebaran ternak di suatu daerah dapat menjadi potensi bagi pengembangan biogas. Hal ini karena biogas dijalankan dengan memanfaatkan kotoran ternak. Untuk menjalankan biogas skala individual atau rumah tangga diperlukan kotoran ternak dari 2 – 4 ekor sapi dewasa.
-          Kepemilikan ternak
Jumlah ternak yang dimiliki oleh peternak menjadidasar pemilihan jenis dan kapasitas biogas yang dapat digunakan. Bila ternak sapi dewasa yang dimiliki lebih dari 4 ekor , maka dapat dipilih biogas dengan kapasitas yang lebih besar (berbahan fiber atau semen) atau beberapa biogas skala rumah tangga.
-          Pola pemeliharaan ternak
Ketersediaan kotoran ternak perlu dijaga agar biogas dapat berfungsi optimal. Kotoran ternak lebih mudah didapatkan bila ternak dipelihara dengan cara  dikandangkan dibandingkan dengan cara digembalakan.
-          Ketersediaan lahan
Untuk membangun biogas diperlukan lahan di sekitar kandang yang luasannya bergantung pada jenis dan kapasitas biogas. Lahan yang dibutuhkan untuk membangun reaktor biogas skala terkecil (skala rumah tangga) adalah 14 m2 (7m x 2m).
-          Tenaga kerja
Untuk mengoperasikan biogas diperlukan tenaga kerja yang berasal dari peternak/pengelola itu sendiri. Hal ini penting mengingat biogas dapat berfungsi optimal bila pengisian kotoran ke dalam reaktor dilakukan dengan baik serta dilakukan perawatan peralatannya. Banyak kasus mengenai tidak beroperasinya atau tidak optimalnya biogas disebabkan karena: pertama, tidak adanya tenaga kerja yang menangani unit tersebut; kedua, peternak/pengelola tidak memiliki waktu untuk melakukan pengisian kotoran karena memiliki pekerjaan lain selain memelihara ternak.

-          Manajemen limbah/kotoran
Manajemen limbah/kotoran terkait dengan penentuan komposisi padat-cair kotoran ternak yang sesuai untuk menghasilkan biogas, frekuensi pemasukan kotoran, dan pengangkutan atau pengaliran kotoran ternak ke dalam reaktor. Bahan baku reaktor biogas adalah kotoran ternak dan air dengan perbandingan 1:3. Frekuensi pemasukan kotoran dilakukan setiap satu atau dua hari sekali. Pemasukan kotoran ini dapat dilakukan dengan cara diangkut atau melalui saluran.
-           Kebutuhan energi
Sumber energi dari biogas dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan jika ketersediaan sumber energi lain terbatas. Bila sumber energi lain tersedia maka peternak dapat diarahkan untuk mengolah kotoran ternaknya menjadi kompos.
-           Jarak (antara kandang reaktor dan rumah)
Agar pemanfaatan energi biogas dapat optimal sebaiknya antara kandang, reaktor dan rumah tidak telampau jauh.
-           Pengelolaan hasil samping biogas
Pengelolaan hasil samping biogas ditujukan untuk memanfaatkannya menjadi pupuk cair dan pupuk padat (kompos).
-           Sarana Pendukung
Sarana pendukung berupa peralatan kerja digunakan untuk mempermudah/meringankan pekerjaan/perawatan instalasi biogas. Selain sepuluh faktor di atas, kemauan peternak/pelaku untuk, menjalankan instalasi biogas dan merawatnya serta memanfaatkan energi biogas menjadi modal utama dalam pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas.

Gambar pengolahan limbah menjadi biogas
2.4            Pemanfaatan Lainnya
Selain dimanfaatkan untuk pupuk, bahan pakan, atau gasbio, kotoran ternak juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dengan mengubahnya menjadi briket dan kemudian dijemur/dikeringkan. Briket ini telah dipraktekkan di India dan dapat mengurangi kebutuhan akan kayu bakar.
Pemanfaatan lain adalah penggunaan urin dari ternak untuk campuran dalam pembuatan pupuk cair maupun penggunaan lainnya.
a.      Pemanfaatan pupuk kandang dari kotoran sapi
Pupuk kandang yang dimaksudkan adalah kotoran ternak yang sudah terfermentasi dengan baik. Kotoran sapi perah segar yang baru saja disiram dari kandang, masih harus diperam dulu hingga siap untuk menyuburkan lahan pertanian. Kalau kotoran sapi yang baru saja diambil dari kandang itu langsung diaplikasikan ke lahan, tanaman akan mati. Sebab N dalam kotoran ternak tersebut masih sangat tinggi hingga akan melayukan tanaman. Selain itu, kotoran tersebut dalam proses fermentasinya akan mengeluarkan gas methan dan amonia yang juga bisa meracuni akar tanaman. Panas dari proses fermentasi itu pun juga  akan menimbulkan panas yang langsung berdampak ke rusaknya parakaran.
Karenanya, kotoran sapi yang disiram dari kandang idealnya ditampung terlebih dahulu dalam sebuah bak penampungan. Apabila bak tersebut dibuat tertutup, maka gas methan (biogas) yang dihasilkannya masih bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Namun dibanding dengan nilai investasinya, nilai ekonomis dari gas tersebut relatif tidak sebanding. Hingga bak penampungan tersebut bisa dibangun secara terbuka.
Untuk mempercepat proses fermentasi serta guna menghindarkan polusi bau, maka ke dalam bak penampungan tersebut perlu ditambahkan biang bakteri. Misalnya EM4 atau merk lain. Tanpa bantuan bakteri, proses pemasakan pupuk akan berlangsung selama lebih dari sebulan dengan polusi bau yang luarbiasa. Dengan bantuan bakteri, proses tersebut bisa dipersingkat menjadi paling lama 1 minggu dan tanpa adanya polusi bau.


b.      Pemnafaatan pupuk kandang dari kotoran ayam
Kotoran / Feses ayam, merupakan salah satu hasil dari peternakan ayam yang terkadang masih dikesampingkan, jika dicermati dan dimaknai bahwa sktor peternakan merupakan mata rantai dari program integrited farming. Maka pemanfaatan limbah peternakan seharusnya menjadi sorotan bagi para peternak untuk mewujudkan integrated farming secara luas, selain itu pengolahan kotoran ayam untuk menjadi pupuk kandang pun memiliki nilai ekonomis yang tidak dapat dipandang sebelah mata melihat kebutuhan dari petani akan pupuk.
Umumnya pembuatan pupuk kandang dilakukan dengan cara menyimpan atau menimbun kotoran hewan selama selama sekitar 3 bulan. Namun pembuatan pupuk kandang ini sebenarnya dapat dipercepat proses pengurainnya dengan penambahan bio-aktivator sebagai bahan pemacu mikroorganisme.





BAB III
PENUTUP
3.1   Kesimpulan
Limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, karena limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat yang lain (unidentified subtances)
Pemanfatan limbah ternak dapat mengurangi pencemaran yang diakibatklan oleh kegiatan usaha peternakan.
Limbah ternak dapat dimanfaatkan menjadi pakan atau media cacing tanah, pupuk organic, gasbio, pupuk kandang dan pemanfaatn lainnya.
3.2   Saran
 Mohon maaf apabila penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dalam penyusunan makalah-makalah selanjutnya.



Daftar Pustaka
http://Universitas Abulyatama Aceh  Pemanfaatan limbah ternak ayam menjadi pupuk kandang.htm